Sebuah studi baru mengungkap rezim tektonik yang sebelumnya tidak dikenal, yang dijuluki “episodic-squishy lid,” yang mungkin menjelaskan mengapa Bumi berevolusi menjadi dunia yang aktif secara geologis sementara Venus tetap stagnan. Penemuan ini secara mendasar mengubah pemahaman kita tentang evolusi planet dan memberikan wawasan penting mengenai apa yang membuat sebuah planet layak huni.

Masalah Evolusi Planet

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah berjuang untuk mendamaikan perbedaan mencolok antara Bumi dan Venus. Kedua planet ini terbentuk dalam kondisi yang serupa, namun Bumi memiliki lempeng tektonik yang kuat, yang penting untuk mengatur iklim dan mendukung kehidupan, sementara Venus tetap merupakan gurun vulkanik yang sangat panas. Model tradisional – baik planet yang memiliki lempeng tektonik aktif atau “stagnan penutup” – gagal menjembatani kesenjangan ini.

Memperkenalkan “Tutup Licin Episodik”

Para peneliti yang menggunakan simulasi geodinamika tingkat lanjut kini telah mengidentifikasi keadaan perantara ketiga: penutup yang licin dan episodik. Rezim ini menggambarkan sebuah planet yang kulit terluarnya berganti-ganti antara periode ketenangan geologis yang relatif dan ledakan aktivitas tektonik yang tiba-tiba. Berbeda dengan tutupan yang stagnan, fase “licin” ini melibatkan pelemahan kerak bumi secara intermiten akibat intrusi magmatik dan delaminasi regional, sehingga permukaan menjadi lunak sebelum menjadi kaku kembali.

“Catatan geologi menunjukkan bahwa aktivitas tektonik di masa awal Bumi sejalan dengan karakteristik rezim yang baru kita identifikasi,” jelas Guochun Zhao, ahli geologi di Chinese Academy of Sciences.

Perilaku yang berulang-ulang ini mungkin merupakan bagian yang hilang dalam evolusi awal Bumi. Model tersebut menunjukkan bahwa Bumi kemungkinan besar telah melewati fase ini, secara bertahap mempersiapkan litosfernya untuk menghadapi lempeng tektonik saat mendingin. Transisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba; sebaliknya, perilaku tektonik planet ini menjadi lebih dapat diprediksi karena litosfernya melemah seiring berjalannya waktu – sebuah fenomena yang dikenal sebagai “efek memori”.

Venus dan Kerangka Terpadu

Penutup yang licin secara episodik juga memberikan penjelasan yang menarik tentang keadaan geologis Venus. Simulasi secara akurat mereproduksi pola mirip Venus dengan menempatkan planet ini pada rezim serupa, di mana magmatisme melemahkan permukaan secara berkala tanpa membentuk lempeng yang sebenarnya. Kerangka terpadu ini memungkinkan para ilmuwan untuk melihat sejarah Bumi dan Venus di bawah satu lensa teoretis.

Implikasi terhadap Penelitian Exoplanet

Memahami bagaimana litosfer planet melemah dan transisi antar keadaan tektonik sangat penting untuk menilai kelayakhunian di luar tata surya kita. Tektonik secara langsung mempengaruhi siklus air dan karbon dioksida melalui interior dan atmosfer planet, sehingga berdampak pada stabilitas iklim.

Dengan memetakan keenam rezim tektonik dalam berbagai kondisi, para peneliti telah membuat diagram komprehensif yang mengungkapkan kemungkinan jalur transisi seiring dengan pendinginan planet. Hal ini akan membantu memprioritaskan target pengamatan untuk misi masa depan yang mencari dunia mirip Bumi dan Bumi super.

Pada akhirnya, penemuan ini menunjukkan bahwa kelayakhunian bukan hanya soal ukuran atau jarak suatu planet dari bintangnya – tapi soal sejarah geologisnya dan rezim tektonik spesifik yang pernah dilaluinya. Fase “tutup yang licin” mungkin merupakan batu loncatan bagi planet-planet berbatu, yang memandu evolusi mereka menuju keadaan mirip Bumi yang berkembang pesat atau nasib Venus yang stagnan.